Sebuah Langkah Kecil di Sabtu Ceria
Mentari baru saja menanjak ketika kami, tim pengmas PKN STAN (Kuwat Slamet, I Gede Komang CBA, dan M. Ridhwan Galela), tiba menjejakkan kaki di daerah Pondok Kacang Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Sabtu itu, 27 April 2025, udara sudah mulai terasa panas, seolah menantang kami yang melangkah dengan tekad bulat menuju sebuah tujuan sederhana: berbagi ilmu, menanam harapan. Di kejauhan, awan mendung tipis menggantung rendah di atas wilayah Pondok Aren, seakan menjadi saksi diam atas perjalanan kecil kami menuju Yayasan Al-Ghulaam, sebuah rumah ilmu yang sejak 2014 setia menyemai mimpi anak-anak usia dini.
Sesampainya di Jalan H. Sarmah, sambutan hangat dari para pengelola yayasan menyambut kami, menghapus rasa lelah yang sempat singgah. Mereka tersenyum. Sebuah senyum tulus tanpa topeng, murni dari hati. Ini bukan kali pertama kami datang. Tahun lalu, kami pernah mendampingi mereka merangkai laporan keuangan, membantu mengurai angka-angka menjadi kisah kepercayaan.
Meskipun para pengurus yayasan belum pernah mempelajari akuntansi secara formal namun semangat belajar mereka yang membara menjadikan setiap sesi pendampingan kami penuh arti. Ada harapan yang tumbuh di mata mereka, harapan untuk menjadi lebih baik, lebih tertib, dan lebih mandiri.
Kini, kami kembali. Bukan hanya untuk menilai apa yang sudah mereka capai tetapi juga untuk mengajak mereka melangkah lebih jauh: membimbing menjadi warga negara yang patuh pajak, mengajarkan bahwa kontribusi kecil pun berarti besar bagi negeri.
Diskusi kami mengalir hingga menjelang sore hari. Kadang serius, kadang diselingi canda tawa. Mendung di langit semakin tebal, membawa kesejukan yang merayap perlahan. Di dalam teras sederhana itu, semangat kami justru semakin menghangat.
Hingga akhirnya, sebuah pencapaian kecil berhasil diraih: SPT tahunan Yayasan Al-Ghulaam resmi disampaikan melalui aplikasi DJP Online. Sebuah email masuk, mengirimkan sebuah bukti penerimaan elektronik (BPE). Sebuah prestasi sederhana yang disambut dengan sorak kecil dan senyum penuh syukur.
Bagi sebagian orang, mungkin ini hanyalah formalitas. Tapi bagi kami (dan tentu saja bagi mereka) ini adalah tonggak sejarah. Sebuah langkah kecil, yang akan membawa mereka ke perjalanan besar ke depan.
Kami pulang saat senja mulai turun, membawa serta kehangatan dalam hati. Karena hari itu, di sebuah sudut kecil wilayah Pondok Aren, kami menyaksikan sendiri: betapa sebuah mimpi bisa tumbuh subur, cukup dengan sedikit bimbingan, dan banyak cinta.